PURNAYUDHA.COM, Lebak – Dinas Pertanian Provinsi Banten Subkoordinator Bidang Tanaman Pangan yang terdiri dari Kepala Subkoordinasi Dadan Firdaus, S.TP., M.M; Pelaksana Taufik Hidayat, S.P., M.P. dan Didit Adianto, S.P., M.M bersama Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cijaku melakukan penyuluhan dan praktik pembuatan BIOSAKA yang bertempat di Kelompok Tani Sindang Patih, Desa Kandangsapi, Kecamatan Cijaku pada hari Jum’at 02/12/2022.

Pada momen yang bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Lebak ke-194, Kepala Subkoordinasi Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Banten Dadan Firdaus, menjelaskan, bahwa BIOSAKA terdiri dari dua kata, yakni BIO dan SAKA. BIO sendiri merupakan kehidupan. Sementara SAKA, merupakan akronim dari Selamatkan Alam dan Kembali ke Alam.

Dadan Firdaus menjelaskan bahwa Biosaka bukan merupakan pupuk dan atau pestisida. Biosaka merupakan elisitor, elisitor sendiri adalah tanaman yang mengandung senyawa yang mampu memacu pertumbuhan. Biosaka merupakan penelitian kerjasama antara Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan salah satu Peneliti yang berasal dari Blitar Jawa Timur.

Sementara itu bahan baku pembuatan Biosaka berasal dari dedaunan yang berada di areal Dermfarm padi. Pada ekosistem Dermfarm padi Kelompok Tani Sindang Patih ini, Kita dapat jumpai daun kayu putih,daun angsana,daun kelor, dan jenis daun lainnya merupakan bahan baku dari pembuatan Biosaka. Tukasnya

Pada kesempatan kali ini, para Petani diajak untuk mempraktikkan pembuatan Biosaka dengan mencari 5 jenis dedaunan, menyiapkan air sebanyak 2 gayung pada sebuah wadah, kemudian memerasnya menggunakan kedua tangan. Apabila hasil perasan telah berwarna pekat, larutan Biosaka sudah dapat diaplikasikan.

Sementara Taufik Hidayat, menyampaikan, bahwa pupuk Biosaka produk Kelompok Tani Sindang Patih tidak dapat diaplikasikan pada areal pertanaman padi Kelompok Tani lainnya. Bahan baku didapat dari ekosistem dermfarm padi Sindang Patih, maka harus diaplikasikan kembali pada ekosistem dermfarm padi.

Lebih lanjut Taufik Hidayat,menambahkan, bahwa hasil penelitian Akademisi Universitas Sam Ratulangi, penggunaan Biosaka dapat menekan penggunaan pupuk anorganik sebanyak 60% dalam satu siklus tanam padi.

Diakhir penyuluhan, Dadan Firdaus,menekankan bahwa pengaplikasian Biosaka dimulai ketika padi telah berumur 2 Minggu Setelah Tanam. Penggunaan rutin dilakukan selama tiap 2 Minggu sekali hingga panen. Untuk dosisnya sendiri, dalam 1 tanki Hand Sprayer dicampurkan dengan Biosaka hasil perasan para Petani sebanyak 8 tutup botol air kemasan. Pembuatan Biosaka pada hari ini, dapat dilakukan pada esok harinya, disemprotkan pada waktu pagi hari dan sore hari. Jelasnya

Mumin, Koordinator Wilayah BPP Cijaku, berharap para Petani dapat mengaplikasikan Biosaka pada lahan padinya. Tidak perlu Biosaka diaplikasikan pada seluruh areal yang dimiliki para Petani. Apabila memiliki lahan 1 ha, setengahnya Kita aplikasikan. Dimasa panen barulah Kita buktikan, 1/2 ha yang rutin penggunaan Biosaka dan 1/2 ha yang tidak menggunakan Biosaka, ujarnya.***Hasan***

By admin